Sabtu, 16 November 2013

Linux Mint 15 : Olivia. Si Cantik Idaman Pengguna Multimedia

Linux Mint bisa saya katakan merupakan anakan dari Ubuntu karena berbasis pada Ubuntu. Namun Linux Mint juga menyediakan OS yang berbasis Debian. Versi terbarunya adalah Linux Mint 15 : Olivia. Untuk Desktop tersedia 4 “rasa” antara lain Cinnamon, MATE, KDE, dan Xfce. Namun untuk installasi melalui Windows hanya Cinnamon dan MATE saja.


Saat download .iso image, anda akan diberikan pilihan edisi Desktop. Untuk Cinnamon dan MATE terdapat pilihan No Codec dimana dalam file .iso tidak terdapat codec multimedia untuk memainkan video dan musik. Namun bukan berarti anda tidak dapat memainkan file-file multimedia, anda hanya perlu menginstallnya sendiri dari repository Linux Mint. Hal ini dikarenakan Linux Mint men-support codec dari perusahaan berbayar secara gratis seperti Adobe Flash Player, namun beberapa negara memiliki regulasi yang membuat lisensi codec berbayar tersebut menjadi lebih terbatas.

Sekarang mari kita review sistem operasi ini.

Linux Mint 15 : Olivia Cinnamon Desktop 64bit
Intel Core i7-3612QM 2.10GHz
4GB DDR3 SO-DIM
Intel Corp. 3rd Gen Core Graphics Controller dan NVIDIA GeForce GT 630M
Aspire V3-471G-52454G75Makk

Installasi :

Tidak ada pilihan installasi OS secara langsung saat booting CD. Anda harus menjalankan Linux Mint secara Live dan menjalankan program installasi OS Linux Mint dalam Live CD. Jadi bisa dikatakan, anda harus merasakan terlebih dahulu OS ini sebelum melakukan installasi. Secara tampilan saat installasi cukup menarik dan mudah untuk diikuti. Saat installasi ke hardisk, sistem akan membaca apakah ada tempat yang kosong atau ada sistem operasi lain yang berjalan dalam komputer pengguna. Anda tentu bisa memodifikasi partisi sebelum melakukan installasi. Terlebih lagi tersedia GParted dalam Live CD sehingga anda bisa memodifikasi partisi hardisk anda dengan leluasa. Untuk alasan keamanan, di OS ini anda tidak diminta untuk memasukkan password root dan tidak terdapat password root secara default. Sehingga anda tidak bisa menggunakan akun root. Hak akses root hanya dapat digunakan dengan perintah sudo.

Tampilan :

Pada pandangan pertama, Cinnamon terlihat seperti Gnome2, namun dalam desktop ini anda dapat merubah tampilan sesuka anda. Selain itu juga terdapat Desklets yang fungsinya sama dengan desktop widget pada Windows. Jika anda kurang puas dengan tampilan, desklets, dan applets yang tersedia, anda bisa mendownloadnya secara langsung dalam window saat pengaturan tampilan.

Kemudahan :

Linux Mint bisa saya sangat mudah digunakan. Codec multimedia umum sudah tersedia sehingga anda tidak perlu menginstall codec dari repository, kecuali jika anda menginstall edisi No Codec. Untuk mengubah repository ke repository local anda tidak perlu memasukkan input data repository kedalam sistem. Repository official sudah di list dalam sistem sehingga anda tinggal memilih saja. Untuk aplikasi juga anda bisa memilah dan memilih dalam Software Manager. Jika anda menggunakan jaringan dengan proxy berautentifikasi, anda bisa mengaturnya di Synaptic Package Manager. Jika anda punya file .iso, terdapat pilihan untuk membuat bootable USB saat anda meng-klik kanan. Sayangnya saya belum mencoba fitur ini.

Performa :

Tampilan yang apik sepertinya membutuhkan banyak proses. Selain itu CPU juga melakukan lebih banyak proses. Hal ini ditandai dengan mudahnya CPU panas dalam sistem saya jika dibandingkan Fedora 19 : Schrodinger Cat. Dan dalam sistem yang saya jalankan masih sering terjadi freeze. Sempat terjadi crash saat menjalankan MS Office 2007 dengan Wine. Audio output saat pertama dijalankan (setelah installasi) tidak terdeteksi dan menggunakan Dummy Speaker dimana speaker tidak bersuara. Perlu melakukan pembacaan driver perangkat dan sistem dengan melakukan shutdown atau reboot terlebih dahulu.

Kesimpulan :

Kemudahan sistem operasi ini sangat cocok untuk orang yang baru pertama kali mencoba linux. Aplikasi dan pengaturan dasar dapat dilakukan dengan klik. Mencari aplikasi dan installasi juga sangat mudah dan bisa dilakukan tanpa menggunakan perintah dalam terminal. Bisa saya katakan sistem operasi ini hampir menyerupai Windows.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar